
Sabda Semesta
Sajak Simfonik (Symphonic poem atau tone poem) sendiri adalah bentuk musik orkestra, yang biasanya terdiri dari satu gerakan tunggal yang menerus, yang mengilustrasikan atau mencerminkan isi dari sebuah sajak, cerita pendek, novel, lukisan, pemandangan atau sumber2 non musikal lainnya. Jenis musik ini mulai diciptakan pada abad ke 19. Istilah Jerman Tondichtung (tone poem) pertama kali digunakan oleh komposer Carl Loewe pada tahun 1828. Komposer Hungaria Franz Liszt juga menerapkan istilah ini pada 13 karyanya di masa itu.
Meskipun banyak karya musik Sajak Simfonik yang durasinya hampir sama dengan musik simfonik standar, tetapi dalam musik ini, pendengar diajak untuk lebih berimajinasi tentang pemandangan, ide dan mood atau perasaan tertentu, yang tidak harus terpaku pada bentuk atau pola musik tradisional seperti misalnya bentuk sonata. Menurut Hugh Macdonald, seorang musikolog dan ahli musik abad 19 asal Inggris, Sajak Simfonik ini memenuhi tiga tujuan estetis musik abad 19, yaitu : mengaitkan musik dengan sumber-sumber dari luar/alam; sering menggabungkan banyak gerakan menjadi satu bagian prinsip; dan mengangkat musik instrumental ke tingkat estetis yang lebih tinggi sehingga bisa dianggap setara atau bahkan lebih tinggi dari opera. Musik Sajak Simfonik ini tetap menjadi komposisi populer dari dari tahun 1840 an hingga 1920 an, dan setelah itu para musisi mulai meninggalkan genre tersebut.
Sabtu 29 September 2018 | 19.30 WIB
Aula Simfonia Jakarta
Jl. Industri Raya Blok B 14 Kavling 1, Kemayoran, Jakarta Pusat